JUMAT, 24 Juli 2020—Fakultas Ilmu Sosial Universitar Negeri Malang mengadakan kegiatan membuat lubang biopori dan megenlola limbah organik. Kegiatan ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial selama dua hari, yaitu hari Jumat, 24 Juli 2020 dan Senin 27 Juli 2020 yang diikuti oleh mahasiswa/i Prodi Geografi. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, jumlah peserta dibatasi, serta dilakukan sesuai dengan protokol Kesehatan Covid-19 yang telah diimbau oleh pemerintah. Oleh sebab itu, kegiatan ini disiarkan secara langsung pada Live Instagram UM Green Campus (@umgreencampus) dari awal hingga selesai.

Sesi pertama merupakan penyampaian materi dan praktik pembuatan biopori yang disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si., beliau adalah Ahli Hidrologi dan Ilmu Lingkungan yang sekaligus Dosen Jurusan Geografi dan Wakil Dekan FIS UM. Kemudian, dilanjutkan dengan praktik pengelolaan limbah organik oleh Ibu Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd., beliau adalah Ahli pada bidang Geografi Lingkungan dan Pembelajaran Geografi yang sekaligus merupakan Dosen Jurusan Geografi dan Dekan FIS UM.

Pembuatan biopori berlokasikan di halaman depan ruang dekan dan mushola FIS. Lokasi tersebut dipilih dengan tujuan untuk mengatasi kondisi tanah yang cepat jenuh ketika hujan turun, yang dapat menimbukan genangan cukup tinggi, karena saluran air yang ada di FIS kurang mampu menahan genangan tersebut. Lubang biopori yang dibuat, diharapkan dapat memberikan banyak manfaat antara lain:

  1. Meresapkan air hujan ke dalam tanah
  2. Mencegah genangan air/limpasan/banjir
  3. Membuat kompos
  4. Menambah cadangan airtanah

Sebelum melakukan praktik langsung, Bapak Sugeng menyampaikan sedikit pengantar dan materi mengenai biopori, yaitu: jenis biopori, tujuan dan manfaat pembuatan, pemanfaatan, peningkatan efektivitas, hingga teknis pembuatan. Beliau menyatakan bahwa biopori dapat dibuat menggunakan dua model. Yang pertama, pipa melapisi seluruh dinding lubang biopori. Sebelumnya, pipa harus diberi lubang agar air juga dapat terserap melalui samping-samping lubang. Yang kedua, pipa hanya menyangga bibir lubang biopori. Pipa yang digunakan pada model ini tidak perlu dilubangi samping-sampingnya, tetapi ukurannya lebih pendek.

Terdapat 16 lubang biopori pada masing-masing lokasi. Tiap lubang memiliki diameter 10 cm dengan kedalaman 1 m. Jarak antarlubang dibuat sebesar 1,5 m. Sebagian besar lubang menggunakan model yang kedua. Alat dan bahan yang digunakan adalah bor tanah, pipa paralon, dan tutup pipa, serta gergaji, bor, pita ukur, dan spidol untuk memotong dan melubangi pipa.

Setelah materi pengantar, mahasiswa/i diajak untuk membuat lubang biopori secara langsung. Praktik ini langsung didampingi dan dicontohkan oleh Bapak Sugeng. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat lubang biopori adalah:

  1. Menentukan model, besaran diameter, kedalaman, jarak antarlubang, dan sebaran lubang biopori.
  2. Menyiapkan alat dan bahan.
  3. Melubangi lubang dengan bor tanah hingga kedalaman yang ditentukan.
  4. Memasukkan pipa hingga sejajar dengan permukaan tanah.
  5. Tutup pipa.

Setelah pembuatan lubang biopori di area halaman depan ruang dekan selesai, dilanjutkan dengan kegiatan pengelolaan limbah organik di halaman tengah FIS. Kegiatan ini dibimbing langsung oleh Ibu Marmi. Beliau rutin mengelola limbah organik skala kecil di depan ruangannya yang dipanen secara berkala ketika pupuk sudah siap panen. Oleh sebab itu, kegiatan ini dijadikan beliau sebagai ajang berbagi pengetahuan dan pengalaman beliau kepada mahasiswa/i. Diharapkan, ilmu dan praktik beliau dapat diikuti oleh teman-teman yang menghadiri kegiatan ini. Begitu pula dengan Greeners yang menonton dari rumah masing-masing untuk mengisi waktu luang bersama keluarga selama di Rumah Saja.

Setiap harinya, FIS memproduksi sampah organik berupa sampah taman. Dengan demikian, pengelolaan limbah ini menjadi sangat efektif dalam pengurangan timbulan sampah nantinya. Selain itu, pupuk kompos yang dihasilkan juga dapat mengurangi belanja pupuk untuk taman-taman di FIS.

Alat yang digunakan untuk mengelola limbah organik adalah drum, tuutp drum, ember, dan tutup ember, sedangkan bahannya adalah limbah organik, EM4, gula pasir/gula merah, air, pupuk kompos yang sudah matang. Pembuatan pupuk organik yang didemonstrasikan kali ini adalah menggunakan metode anaerob (tanpa udara). Apabila ingin mensubstitusikan biomolekul kimia EM4, Ibu Marmi juga memberikan demonstrasi biomolekul alami dengan menggunakan bekatul, gula pasir/gula merah, air, dan sekam bakar. Perbandingannya adalah 1:1:1 seluruh bahan dengan 50 air.

Langkah-langkah untuk membuat pupuk organik adalah:

  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Menyampurkan larutan EM4 atau biomol alami, gula pasir/gula merah, dengan air.
  3. Memasukkan sampah taman ke dalam ember.
  4. Membasahi sampah taman dengan larutan.
  5. Menumpuk sampah dengan pupuk kompos yang sudah matang.
  6. Membuat lapisan yang sama diatasnya.
  7. Menutup ember.
  8. Pupuk dapat dipanen satu minggu setelah pembuatan.

Langkah-langkah untuk membuat biomol alami adalah:

  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Menyampurkan larutan gula pasir/gula merah, bekatul, sekam bakar, dengan air ke dalam drum.
  3. Menutup drum.
  4. Biomol dapat digunakan setelah dua minggu dari masa pembuatan.

Kegiatan ini disambut baik oleh mahasiswa/i yang menonton dari rumah melalui siaran langsung pada akun Instagram UM Green Campus. Terdapat banyak pertanyaan yang diajukan kepada Bapak Sugeng dan Ibu Marmi pada kolom komentar siaran langsung. Selain itu, antusiasme tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa/i, tetapi juga Bapak/Ibu tenaga kependidikan yang melihat langsung proses pembuatan biopori dan pengelolaan limbah organik. Tidak sedikit Bapak/Ibu tenaga kependidikan yang ikut membantu proses kegiatan. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi awal kegiatan-kegiatan pro-lingkungan lainnya di FIS maupun di UM agar terwujudnya UM yang berwawasan lingkungan dan bekelanjutan.

Salam lestari!

(Tim GreenCampus UM)