Indonesia dikenal memiliki kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya genetik pangan lokal yang melimpah. Namun, pemanfaatannya masih perlu ditingkatkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Universitas Negeri Malang (UM) mengambil langkah strategis dengan mengembangkan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, sebagai bagian dari gerakan ketahanan pangan yang lebih luas.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah penanaman dan pemanfaatan sumber daya genetik (SDG) pangan lokal seperti singkong, talas, ubi jalar, ganyong, dan labu. Selain meningkatkan ketahanan pangan, langkah ini juga bertujuan untuk memperkaya kualitas gizi masyarakat dengan tetap mempertahankan harga yang terjangkau.

Kegiatan ini dipimpin oleh Prof. Dr. Sumarmi, Ketua Green Campus UM, serta diikuti oleh Prof. I Dewa Agung Gede Agung (Anggota Senat Universitas), Prof. Dr. Sugeng Utaya (Koordinator Program Studi S2 dan S3 Pendidikan Geografi), dosen, tenaga kependidikan, tim pengelola taman, dan mahasiswa. Mereka bersama-sama mengeksplorasi berbagai potensi pangan lokal serta cara pengolahannya agar semakin variatif dan menarik bagi masyarakat, khususnya generasi muda.

Tiga Pilar Ketahanan Pangan

Dalam diskusi yang berlangsung, para akademisi menekankan bahwa ketahanan pangan dibangun di atas tiga pilar utama, yaitu:

Ketersediaan pangan – memastikan produksi pangan yang cukup dan berkelanjutan.
Akses terhadap pangan – menjamin setiap individu memiliki kemampuan mendapatkan pangan yang bergizi.
Pemanfaatan pangan – mengedukasi masyarakat agar mampu mengolah dan mengonsumsi pangan dengan cara yang sehat dan beragam.

Pangan Lokal: Dari Kebun Kampus ke Meja Makan

Prof. Dr. Sumarmi, Ketua Green Campus UM, menyebutkan tim Green Campus UM juga memperkenalkan berbagai olahan pangan lokal yang dapat menjadi alternatif menu sehari-hari. Menu yang disajikan dalam kegiatan ini sepenuhnya menggunakan bahan yang dipanen langsung dari kebun di kampus UM.

“Di antaranya, ada buntil daun singkong, oseng daun singkong teri, buntil daun talas, dan lodeh lompong (batang talas) yang disajikan dengan lauk ikan asin dan bandeng. Untuk minuman, disuguhkan teh bunga telang, teh bunga rosela, dan teh daun kelor, yang semuanya merupakan hasil panen dari lingkungan kampus UM,” ucap Sumarmi.

Mengenalkan Pangan Lokal ke Generasi Muda

Salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah mengenalkan pangan lokal kepada generasi muda, khususnya Gen Z, yang cenderung lebih akrab dengan makanan cepat saji daripada bahan pangan tradisional. Ia berharap, melalui inovasi dalam pengolahan pangan lokal, akan lahir generasi yang lebih sadar akan pentingnya konsumsi makanan sehat, beragam, dan berbasis sumber daya lokal.

“Selain itu, pengembangan pangan lokal ini juga diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya meningkatkan kemandirian pangan nasional. Dengan teknologi dan inovasi yang tepat, pangan lokal bisa diolah menjadi produk bernilai tambah yang tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga berpotensi dikembangkan sebagai produk unggulan di pasar yang lebih luas,” jelas Sumarmi.

“Dengan komitmen kuat dari berbagai pihak, Universitas Negeri Malang terus mendorong inovasi dalam pemanfaatan sumber daya genetik pangan lokal demi mewujudkan ketahanan pangan yang lebih mandiri, sehat, dan berkelanjutan,” tutup Sumarmi.